SEJARAH ULEE BALANG ACEH - GEULUMPANG DUA, GEUREUGOK

Dahulu ulee balang ini disebut dengan Keujruen Meusyi merupakan kombinasi kata dari bahasa aceh dan arab "Meuasyi" artinya ber-aceh. Orang tua kita dahulu menyebutnya dengan kata "Meuse", terletak di wilayah Krueng Panjoe sekarang dengan pusat pemerintahan di Kuta Panjoe. Keujruen Meusyi merupakan cikal bakal ulee balang Geulumpang Dua, Geureugok. Didirikan oleh Teuku Bentara Mahmud putra dari Teuku Bentara Kuanta atau yan dikenal dengan nama Tgk. Chik Nyak Krueng mantan penguasa keujruen Peusangan Raya. Tgk. Chik Nyak Krueng merupakan putra bungsu keujruen Chik Peusangan Raya yang bernama Teuku Panglima Perang Diadjat Pasee yang lebih dikenal dengan nama "Ponyak Djat".  Menurut arakata pasee, silsilah Ponyak Djat bersambung ke Maharaja Fassangan Meurah Syah, penguasa sungai fassangan (peusangan) dari hulu sampai ke hilir kuala ceurapee. Maharaja Fassangan Meurah Syah jalur nasabnya bersambung ke Tgk. Meurah Madereih (Tu Poraja Syik Malik Bintan Hulu) yang melahirkan ulee balang mukim tujoeh di seluruh wilayah Aceh. Tgk Meurah Madereih merupakan putra dari Tu Poraja Syik Yamani Pasee penguasa kenegerian pasai sejak runtuhnya kesultanan samudera pasai th 1524 M. Keturunan Tgk. Meurah (Tu Poraja Chik Malik Bintan Hulu) yang jadi raja pada tahun 1040 H yaitu : 1.	Meurah Seundri atau Tu Poraja Chik Meureudu. 2.	Meurah Seubat atau Tok Nabib Andarul Fathir Syamsul Alam, yang menurunkan ulee balang Cunda, Buloeh, Meuraksa Bayu Dan Pasai. 3.	Meurah Puteh, yang menurunkan ulee balang wilayah Meulaboh ,Labuhan Haji, Tapak Tuan, Susoh Dan Daya. 4.	Meurah Itam, raja karang hulu Tamiang, Isaq, Lokop, Samarkilang, Dan Pining Wilayah Aceh Tengah Bagian Timur. 5.	Meurah Al-Qusyaqsyi, raja Gayo Lingge, Bener Meriah, Aceh Tengah Bagian Barat. 6.	Meurah Syah atau Ja Kata di Peusangan, Jeumpa, yang menurunkan ulee balang di wilayah Peusangan, Peudada, Geulumpang Dua, Geurugok, Sawang dan Nisam. 7.	Meurah Fattani atau Teuku Raja Fattani, Kuala Simpang dan pesisir timur, yang menurunkan ulee balang Krueng Pasee Geudong, Samakurok, Bluek Dan Blang Me. Dalam hikayat malem dagang disebutkan sewaktu Sultan Iskandar Muda melakukan penyerbuan ke malaka, beliau melakukan perjalanan darat dari Bandar Aceh Darusalam sampai ke Jamboe Aye, Panton Labu dalam rangka mengumpulkan armada perang dan pasukan. Dalam muhibahnya di pantai utara Aceh beliau di dampingi penasehatnya Ja Pakeh, Panglima Pidie Maharaja Indra, Panglima Malem Dagang dan Raja Raden dari Negeri Pahang. Dalam perjalanan singgah di negeri Fassangan selama 7 hari dan di jamu oleh Maharaja Fassangan Meurah Syah dan sultan meminta untuk menyediakan armada laut fassangan untuk ikut rombongan kapal induk Cakra Donya. Maharaja fassangan menyanggupi dengan mengirimkan 5 buah gali (kapal besar) dan beberapa buah jung lengkap dengan sejumlah panglima perang dan pasukan tempurnya. Setelah beberapa hari menetap di Fassangan, sultan melanjutkan perjalanannya melalui jalan darat diikuti rombongan cakra donya dari pantai. Cakra donya atau Espanto del Mundo merujuk kepada istilah yang dipakai koran perancis "Mercure De Francaise".berdasarkan kesaksian seorang pelaut perancis kapten Beaulieu. Habib Bugak Al Asyi atau Habib Abdurrahman Alwi Al Habsyi yang mewakafkan harta beliau di Masjidil Haram juga berasal dari wilayah Bugak krueng Manee yang dahulunya merujuk ke wilayah keujruen meusyi fassangan. Dalam perjalanan sejarahnya keujruen meusyi kemudian berubah nama menjadi ulee balang Geulumpang Dua yang berpusat di keude geurugok sekarang kecamatan Gandapura.  Photo, istana gloempang doewa keude geurugok,  2019  Riwayat Teuku Panglima Prang Barat Seutya Gloempang DoewaFoto: Istana Gloempang Doewa Keude Geurugok,Tahun 2019.

Dahulu ulee balang ini disebut dengan Keujruen Meusyi merupakan kombinasi kata dari bahasa aceh dan arab "Meuasyi" artinya ber-aceh. Orang tua kita dahulu menyebutnya dengan kata "Meuse", terletak di wilayah Krueng Panjoe sekarang dengan pusat pemerintahan di Kuta Panjoe.

Keujruen Meusyi merupakan cikal bakal ulee balang Geulumpang Dua, Geureugok. Didirikan oleh Teuku Bentara Mahmud putra dari Teuku Bentara Kuanta atau yang dikenal dengan nama Tgk. Chik Nyak Krueng mantan penguasa keujruen Peusangan Raya. Tgk. Chik Nyak Krueng merupakan putra bungsu keujruen Chik Peusangan Raya yang bernama Teuku Panglima Perang Diadjat Pasee yang lebih dikenal dengan nama "Ponyak Djat".

Menurut arakata pasee, silsilah Ponyak Djat bersambung ke Maharaja Fassangan Meurah Syah, penguasa sungai fassangan (peusangan) dari hulu sampai ke hilir kuala ceurapee. Maharaja Fassangan Meurah Syah jalur nasabnya bersambung ke Tgk. Meurah Madereih (Tu Poraja Syik Malik Bintan Hulu) yang melahirkan ulee balang mukim tujoeh di seluruh wilayah Aceh. Tgk Meurah Madereih merupakan putra dari Tu Poraja Syik Yamani Pasee penguasa kenegerian pasai sejak runtuhnya kesultanan samudera pasai tahun 1524 M.

Keturunan Tgk. Meurah (Tu Poraja Chik Malik Bintan Hulu) yang jadi raja pada tahun 1040 H yaitu :

1.     Meurah Seundri atau Tu Poraja Chik Meureudu.

2.     Meurah Seubat atau Tok Nabib Andarul Fathir Syamsul Alam, yang menurunkan ulee balang Cunda, Buloeh, Meuraksa Bayu Dan Pasai.

3.     Meurah Puteh, yang menurunkan ulee balang wilayah Meulaboh ,Labuhan Haji, Tapak Tuan, Susoh Dan Daya.

4.     Meurah Itam, raja karang hulu Tamiang, Isaq, Lokop, Samarkilang, Dan Pining Wilayah Aceh Tengah Bagian Timur.

5.     Meurah Al-Qusyaqsyi, raja Gayo Lingge, Bener Meriah, Aceh Tengah Bagian Barat.

6.     Meurah Syah atau Ja Kata di Peusangan, Jeumpa, yang menurunkan ulee balang di wilayah Peusangan, Peudada, Geulumpang Dua,Geurugok, Sawang dan Nisam.

7.     Meurah Fattani atau Teuku Raja Fattani, Kuala Simpang dan pesisir timur, yang menurunkan ulee balang Krueng Pasee Geudong, Samakurok, Bluek Dan Blang Me.

Dalam hikayat malem dagang disebutkan sewaktu Sultan Iskandar Muda melakukan penyerbuan ke malaka, beliau melakukan perjalanan darat dari Bandar Aceh Darusalam sampai ke Jamboe Aye, Panton Labu dalam rangka mengumpulkan armada perang dan pasukan. Dalam muhibahnya di pantai utara Aceh beliau di dampingi penasehatnya Ja Pakeh, Panglima Pidie Maharaja Indra, Panglima Malem Dagang dan Raja Raden dari Negeri Pahang.

Dalam perjalanan singgah di negeri Fassangan selama 7 hari dan di jamu oleh Maharaja Fassangan Meurah Syah dan sultan meminta untuk menyediakan armada laut fassangan untuk ikut rombongan kapal induk Cakra Donya. Maharaja fassangan menyanggupi dengan mengirimkan 5 buah gali (kapal besar) dan beberapa buah jung lengkap dengan sejumlah panglima perang dan pasukan tempurnya.

Setelah beberapa hari menetap di Fassangan, sultan melanjutkan perjalanannya melalui jalan darat diikuti rombongan cakra donya dari pantai. Cakra donya atau Espanto del Mundo merujuk kepada istilah yang dipakai koran perancis "Mercure De Francaise".berdasarkan kesaksian seorang pelaut perancis kapten Beaulieu.

Habib Bugak Al Asyi atau Habib Abdurrahman Alwi Al Habsyi yang mewakafkan harta beliau di Masjidil Haram juga berasal dari wilayah Bugak krueng Matee yang dahulunya merujuk ke wilayah keujruen meusyi fassangan.

Dalam perjalanan sejarahnya keujruen meusyi kemudian berubah nama menjadi ulee balang Geulumpang Dua yang berpusat di keude geurugok sekarang kecamatan Gandapura.


Riwayat: Teuku Panglima Prang Barat Seutya Gloempang Doewa


Belum ada Komentar untuk "SEJARAH ULEE BALANG ACEH - GEULUMPANG DUA, GEUREUGOK"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel Prakerja

Iklan Tengah Artikel 1 Feed HP

Iklan Tengah Artikel 2 Feed PC

Iklan Bawah Artikel Multipleks